“Saya mengajak semua pihak untuk merenungkan dampak dari tindakan ini. Apakah kita sudah kehilangan rasa hormat terhadap tradisi dan norma agama,” ujarnya melalui keterangan resmi, Minggu (30/3/2025) malam.
Karawang, otentiknews.click – Dino Robika Patardo, Ketua Umum Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kabupaten Karawang, menyoroti fenomena merayakan Idul Fitri yang semakin tidak wajar dalam beberapa tahun terakhir.
“Kita menyaksikan penggunaan pengeras suara untuk membunyikan musik dangdutan di malam takbiran, alih-alih mengumandangkan takbir,” ungkapnya.

Fenomena ini mengubah makna sakral dari malam takbiran yang seharusnya dipenuhi dengan doa dan pengagungan kepada Allah. Sebaliknya, banyak masyarakat yang lebih memilih untuk merayakannya dengan alunan musik dangdut dan suasana hura-hura yang tidak etis. Hal ini bukan hanya mengganggu ketertiban umum, tetapi juga mencerminkan kurangnya pemahaman tentang nilai-nilai keagamaan yang seharusnya dijunjung tinggi pada malam suci ini.
Sebagai pengingat, Allah berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 185:
“شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٍ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا۟ ٱلْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا۟ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ”
Artinya: “Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Maka barang siapa di antara kamu ada yang menyaksikan (hari-hari) bulan itu, hendaklah ia berpuasa. Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia tidak berpuasa), maka (wajib berpuasa) sebanyak hari yang lain. Allah menginginkan kemudahan bagimu dan tidak menginginkan kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangan puasa itu dan bertakbirlah kamu kepada Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kamu, agar kamu bersyukur.” (QS. Al-Baqarah: 185).
Takbir merupakan ungkapan syukur dan pengagungan kepada Allah, yang seharusnya menjadi fokus utama pada malam takbiran, bukan kegiatan lain seperti membunyikan musik dangdut.
“Saya mengajak semua pihak untuk merenungkan dampak dari tindakan ini. Apakah kita sudah kehilangan rasa hormat terhadap tradisi dan norma agama,” ujarnya melalui keterangan resmi, Minggu (30/3/2025) malam.
Pemerintah dan tokoh masyarakat perlu mengambil langkah tegas untuk menghentikan praktik ini, termasuk penegakan hukum terhadap penggunaan pengeras suara yang tidak sesuai dan sosialisasi tentang makna Idul Fitri yang sebenarnya.
Mari kita kembalikan esensi malam takbiran sebagai waktu untuk bertakbir dan berdoa, bukan untuk berpesta dengan musik yang tidak relevan. Dengan demikian, kita dapat menjaga nilai-nilai keagamaan dan budaya kita agar tetap terjaga dan dihormati. (***).