UNGKAPAN | Deraphukum.click | Allahuakbar..Allahuakbar…Allahuakbar…Laillahaillah Hu’allah Hu’akbar Allahuakbar Wallilla’ilham…
Seperti alunan suara yang berirama dengan penuh makna, itulah TAKBIR HARI RAYA ISLAM, setelah melewati puasa yang satu bulan lamanya, serta menahan segala nafsu, saat suara Takbir berkumandang, khalayak sunyi menjadikan ramai, kota yang biasa ramai menjadi lenggang, desa yang sepi menjadi ramai karena kehadiran oleh putra putri daerahnya, burung-burung ikut berterbangan seakan menandakan bahwa alam sedang ikut mengumandangkan Takbir, makam menjadi ramai saat semua umat islam selesai menjalankan sholat ied. Ajang bersalam salaman dengan istilah halal bihalal, menandakan kebersihan hati dengan hal baru melewati hari yang Fitri ( Bersih ).
Terlihat semua menggapai tangan kedua orang tua nya, para sesepuh di daerahnya, agar mendapakan keberkahan dalam merayakan hari raya idul fitri, terlihat pula ajang silaturahmi membawa diri ke tempat pemakaman orang tuanya yang telah lebih dahulu meninggalkan dunia ini.
Air mata menjadi penanda, bahwa keikhlasan menjadi dasar dalam hati, keberkahan akan selalu menghampiri, berikan makna dalam jiwa atas semua pengorbanan orang tua kepada kita saat masih ada.
Rasa rindu itu dan rasa kehangatan itu tak semua bisa merasakan, di banyaknya orang lain sedang berkumpul dengan keluarganya, ada pula yang merintih menangis akan kerinduanya yang terbendung oleh pekerjaanya dan juga kemampuanya.
Berita hati tak sampai, berita diri tak jumpa, hanya hati yang suci, mengucap kata yang penuh makna, dengan rendah diri serta air mata mengalir dari lubuk hati, ingin rasakan kebersamaan namun tak terlampiaskan. “HANYA AIR MATA KEIKHLASAN YANG TERSAMPAIKAN“
(Y.I.N)
